Senin, 22 Mei 2017

MEMBANDINGKAN KERANGKA PENGENDALIAN INTERNAL (COSO & COBIT)


COSO ERM – Integrated Framework 2004

Pada tahun 2001, COSO bekerjasama dengan Pricewaterhouse Coopers memulai proyek untuk mengembangkan sebuah kerangka kerja manajemen risiko yang dapat digunakan untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas ERM. Kerjasama ini membuahkan hasil pada tahun 2004 dengan dirilisnya COSO ERM – Integrated Framework, yang mendefinisikan manajemen risiko sebagai: 

“Proses yang dipengaruhi oleh Board of Directors, manajemen, dan personil lain dalam entitas, diaplikasikan pada pembentukan strategi dan pada seluruh bagian perusahaan, dirancang untuk mengidentifikasi kejadian potensial yang dapat mempengaruhi entitas, dan mengelola risiko selaras dengan risk appetite entitas, untuk menyediakan jaminan yang wajar terhadap pencapaian sasaran dari entitas.” 
Dalam kerangka manajemen risikonya, COSO ERM menuntut perusahaan untuk dapat menentukan terlebih dahulu sasaran perusahaannya, yang terdiri dari empat kategori yaitu:
1.      Strategis: sasaran yang mendukung dan selaras dengan misi perusahaan.
2.      Operasi: efektivitas dan efisiensi dari penggunaan sumber daya perusahaan.
3.      Pelaporan: keterpercayaan dari pelaporan.
4.      Pemenuhan: pemenuhan terhadap hukum dan regulasi yang berlaku.


1.       Lingkungan internal
       Mengidentifikasi kondisi internal perusahaan, meliputi kekuatan dan kelemahannya, serta pandangan entitas terhadap risiko dan manajemen risiko.

2.      Penetapan sasaran
Sasaran kegiatan manajemen risiko harus sejalan dengan sasaran dari perusahaan, serta konsisten dengan risk appetite perusahaan.

3.      Identifikasi kejadian
Kejadian internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi pencapaian sasaran perusahaan harus diidentifikasi, meliputi risiko dengan kesempatan yang dapat muncul.

4.      Penilaian risiko
Risiko dianalisis berdasarkan kemungkinan dan dampaknya. Hasil analisis risiko akan dijadikan dasar untuk menentukan perlakuan risiko.

5.      Perlakuan risiko
Terdapat empat alternatif pada perlakuan risiko, yaitu menghindari (avoidance), menerima (acceptance), mengurangi (reduction), dan membagi risiko (sharing). Pemilihan perlakuan risiko dilakukan dengan membandingkan hasil analisis risiko dengan risk appetite dan risk tolerance.

6.      Aktivitas pengendalian
Membangun dan mengimplementasikan kebijakan dan prosedur untuk memastikan perlakuan risiko diterapkan dengan efektif.

7.      Informasi dan komunikasi
Informasi yang relevan diidentifikasi, diperoleh, dan dikomunikasikan dalam bentuk dan waktu yang tepat agar personil dapat melakukan tanggung jawabnya dengan baik.

8.      Pemantauan
Seluruh kegiatan ERM harus dipantau, dievaluasi dan dikembangkan.

Gambar 1. Ilustrasi keterkaitan sasaran, komponen ERM, dan unit kerja perusahaan



 Sumber: COSO Enterprise Risk Management – Integrated Framework (Executive Summary)

COSO ERM – Integrated Framework juga mendeskripsikan peran dan tanggung jawab dari unit-unit kerja perusahaan dalam penerapan manajemen risiko. Satu prinsip dasar yang ditanamkan COSO ERM adalah bahwa “semua bagian di dalam perusahaan memiliki tanggung jawab terhadap ERM”, yang artinya implementasi manajemen risiko harus mencakup entity-level, division, business unit, hingga subsidiary, dan mencakup seluruh seluruh sumber daya manusia di dalamnya. Walau begitu, terdapat pembagian peran dan tanggung jawab dalam penerapan ERM. Berikut adalah pembagian peran dan tanggung jawab yang dijelaskan COSO ERM: 
·         Board of Directors (BoD) memiliki tanggung jawab penting dalam melakukan pemantauan terhadap penerapan manajemen risiko, dengan turut memperhitungkan risk appetite dari entitas;
·         Chief Executive Officer (CEO) memiliki tanggung jawab untuk memastikan berjalannya ERM yang efektif pada keseluruhan perusahaan;
·         Manajer memiliki tanggung jawab dalam mendukung penerapan prinsip ERM perusahaan, memastikan pemenuhan ERM dengan risk appetite, dan mengelola risiko di ranah kewenangannya agar konsisten dengan risk tolerance yang dimilikinya;
·         Risk officer, financial officer, dan internal audit memiliki peran kunci dalam mendukung efektivitas penerapan manajemen risiko perusahaan;
·         Petugas operasional (atau biasa disebut risk coordinator) bertanggung jawab dalam menerapkan manajemen risiko perusahaan sejalan dengan prosedur dan kebijakan manajemen risiko perusahaan;
·         Pihak eksternal (seperti pelanggan, kompetitor, otoritas, dan pihak yang berperan dalam value chain perusahaan) tidak memiliki tanggung jawab dalam memastikan efektivitas ERM dari entitas, tetapi pihak-pihak tersebut berperan penting dalam menyediakan informasi yang dapat mendukung efektivitas manajemen risiko.

ISO 31000: 2009 Risk Management – Principles and Guidelines
ISO 31000: 2009 Risk Management – Principles and Guidelines merupakan sebuah standar internasional yang disusun dengan tujuan memberikan prinsip dan panduan generik untuk penerapan manajemen risiko. Standar internasional yang diterbitkan pada 13 November 2009 ini dapat digunakan oleh segala jenis organisasi dalam menghadapi berbagai risiko yang melekat pada aktivitas mereka. Walau ISO 31000: 2009 menyediakan panduan generik, standar ini tidak ditujukan untuk menyeragamkan manajemen risiko lintas organisasi, tetapi ditujukan untuk memberikan standar pendukung penerapan manajemen risiko dalam usaha memberikan jaminan terhadap pencapaian sasaran organisasi. ISO 31000: 2009 menyediakan prinsip, kerangka kerja, dan proses manajemen risiko yang dapat digunakan sebagai arsitektur manajemen risiko dalam usaha menjamin penerapan manajemen risiko yang efektif.

Gambar 2. Hubungan Antara Prinsip, Kerangka Kerja, dan Proses Manajemen Risiko


Sumber: ISO 31000: 2009 Risk Management – Principles and Guidelines

Prinsip manajemen risiko merupakan fondasi dari kerangka kerja dan proses manajemen risiko. Terdapat sebelas prinsip manajemen risiko yang harus dipegang teguh dan diterapkan saat membangun kerangka kerja dan melakukan implementasi proses manajemen risiko. Kesebelas prinsip tersebut adalah
1.      Memberikan nilai tambah dan melindungi nilai organsasi;
2.      Bagian terpadu dari seluruh proses organisasi;
3.      Bagian dari pengambilan keputusan;
4.      Secara khusus menangani ketidakpastian;
5.      Sistematis, terstruktur, dan tepat waktu;
6.      Berdasarkan informasi terbaik yang tersedia;
7.      Disesuaikan dengan kebutuhan organisasi;
8.      Mempertimbangkan faktor budaya dan manusia;
9.      Transparan dan inklusif;
10.  Dinamis, berulang, dan responsif terhadap perubahan;
11.  Memfasilitasi perbaikan sinambung dan peningkatan organisasi.
Kerangka kerja manajemen risiko merupakan struktur pembangun proses manajemen risiko. Kerangka kerja dimulai dengan pemberian mandat dan komitmen, lalu dilanjutkan dengan kerangka implementasi “Plan, Do, Check, Act”, yang terdiri dari:
1.      Perencanaan kerangka kerja manajemen risiko; 
2.      Penerapan manajemen risiko;
3.      Monitoring dan review terhadap kerangka kerja manajemen risiko;
4.      Perbaikan kerangka kerja manajemen risiko secara berkelanjutan.
Proses manajemen risiko merupakan kegiatan kritikal dalam manajemen risiko, karena merupakan penerapan daripada prinsip dan kerangka kerja yang telah dibangun. Proses manajemen risiko terdiri dari 5 proses besar yaitu:
1.      Komunikasi dan konsultasi;
2.      Penetapan konteks;
3.      Penilaian risiko (terdiri dari identifikasi, analisis, dan evaluasi risiko);
4.      Perlakuan risiko;
5.      Monitoring dan review.
Implementasi secara mendetail dan menyeluruh pada prinsip, kerangka kerja dan proses manajemen risiko berdasarkan ISO 31000: 2009 tersebut diharapkan dapat meningkatkan efektivitas manajemen risiko organisasi. 


Keunggulan dan Kelemahan dari COSO ERM – Integrated Framework dan ISO 31000: 2009 Risk Management – Principles and Guidelines
Menyadari perbedaan yang ada pada COSO ERM – Integrated Framework dan ISO 31000: 2009 Risk Management – Principles and Guidelines, tentunya terdapat keunggulan dan kelemahan tersendiri dari kedua standar ini. Berikut adalah tabel yang menggambarkan perbedaan serta keunggulan dan kelemahan dari kedua standar tersebut.

Perbedaan
COSO ERM – Integrated Framework
ISO 31000: 2009 Risk Management– Principles and Guidelines
Definisi risiko
"Kemungkinan terjadinya sebuah event yang dapat mempengaruhi pencapaian sasaran entitas."
Menurut Grant Purdy, seorang praktisi manajemen risiko veteran di Melbourne, definisi ini gagal menangkap potensi risiko yang dapat muncul akibat perubahan kondisi yang terjadi secara perlahan.
"Efek dari ketidakpastian terhadap pencapaian sasaran organisasi."
Definisimanajemen risiko
“Proses yang dipengaruhi oleh Board of Directors, manajemen, dan personil lain dalam entitas, diaplikasikan pada pembentukan strategi dan pada seluruh bagian perusahaan, dirancang untuk mengidentifikasi kejadian potensial yang dapat mempengaruhi entitas, dan mengelola risiko selaras dengan risk appetite entitas, untuk menyediakan jaminan yang wajar terhadap pencapaian sasaran dari entitas.”
"Aktivitas-aktivitas terkoordinasi yang dilakukan dalam rangka mengelola dan mengontrol sebuah organisasi terkait dengan risiko yang dihadapinya."

Komponen manajemen risiko
 Proses dan kerangka kerja manajemen risiko tidak dipaparkan secara terpisah. Menurut Grant Purdy hal ini dapat menimbulkan kebingungan dan inefektivitas terhadap manajemen risiko, dimana kerangka kerja seharusnya dirancang pada top level management, sedangkan proses manajemen risiko seharusnya diterapkan pada proses-proses organisasi. Standar ini menekankan pada pengembangan pengendalian internal sebagai upaya perusahaan dalam mengelola risiko.
Memaparkan kerangka kerja dan proses manajemen risiko secara terpisah. ISO 31000: 2009 juga menyediakan prinsip manajemen risiko yang harus diterapkan dalam kerangka kerja dan proses untuk mendukung efektivitas manajemen risiko. Standar ini menekankan penerapan manajemen risiko sebagai alat penciptaan dan pelindung nilai organisasi.
Awal proses manajemen risiko
Dimulai dengan menetapkan sasaran perusahaan yang terdiri dari empat kategori yaitu strategis, operasi, pelaporan, dan pemenuhan.
Dimulai dengan membangun konteks untuk mengidentifikasi kondisi internal, kondisi eksternal, konteks manajemen risiko, dan kriteria risiko.
Identifikasi konteks eksternal
Sedikit dilakukan.
Dilakukan secara menyeluruh.
Komponen proses manajemen risiko
Terdiri dari 8 komponen, yaitu:
(1) identifikasi lingkungan internal;
(2) penetapan sasaran manajemen risiko;
(3) identifikasi kejadian;
(4) penilaian risiko, perlakuan risiko;
(5) aktivitas pengendalian;
(6) informasi dan komunikasi;
(7) dan pemantauan.
Terdiri dari lima komponen besar, yaitu:
(1) komunikasi dan konsultasi;
(2) membangun konteks;
(3) penilaian risiko;
(4) perlakuan risiko; dan
(5)monitoring dan review.
Pengertian inherent risk
Inherent risk diartikan sebagai eksposur perusahaan terhadap risiko secara utuh. (dampak dari existing control tidak diperhitungkan)
Inherent risk diartikan sebagai eksposur perusahaan terhadap risiko setelah dilakukan pengendalian internal.
Prinsip manajemen risiko
Tidak ada.
Tersedia dan menjadi hal yang harus diterapkan pada kerangka kerja dan proses manajemen risiko untuk mendukung efektivitas penerapan manajemen risiko.
Perbaikan berkelanjutan
Perbaikan hanya dilakukan apabila diperlukan, berdasarkan hasil pemantauan.
Memfasilitasi perbaikan berkelanjutan pada keseluruhan kerangka kerja dan proses manajemen risiko, sesuai dengan kebutuhan organisasi dan perkembangan konteks.
Penyaluran Informasi
Informasi hanya dikomunikasikan kepada pelaku manajemen risiko untuk mendukung pencapaian sasaran unit-unit tersebut. Keterlibatan stakeholders eksternal tidak diungkapkan pada standar ini.
Informasi mengenai risiko dan manajemen risiko dikomunikasikan dan dikonsultasikan dengan seluruh stakeholders perusahaan, baik internal maupun eksternal (sesuai prinsip “transparan dan inklusif”). Keterlibatan stakeholders diperlukan untuk mengidentifikasi kepentingan seluruh pihak agar menjadi bahan pertimbangan pengambilan keputusan.
Aspek manusia dan budaya
Aspek manusia disebutkan sebagai batasan dari manajemen risiko dalam memberikan jaminan terhadap pencapaian sasaran organisasi.
Memperhitungkan aspek manusia dan budaya ke dalam manajemen risiko (prinsip “mempertimbangkan faktor budaya dan manusia”). Penerapan manajemen risiko turut mempertimbangkan kultur, persepsi, dan kapabilitas manusia, termasuk memperhitungkan perselisihan kepentingan antara organisasi dengan individu di dalamnya.

Perbedaan yang melekat pada kedua rujukan ini membawa keunggulan dan kelemahan tersendiri pada COSO ERM – Integrated Framework dan ISO 31000: 2009 Risk Management – Principles and Guidelines dari hasil pengamatan penulis, standar ISO 31000: 2009 memiliki keunggulan esensial dalam memberikan panduan yang lebih mendetail dan komprehensif. Keberadaan prinsip manajemen risiko, penetapan konteks eksternal, dan pemisahan antara kerangka kerja dengan proses manajemen risiko menjadi keunggulan kompetitif yang dimiliki oleh ISO 31000: 2009. Fakta bahwa standar ISO 31000: 2009 telah diakui dan diadaptasi sebagai standar manajemen risiko di hingga 40 negara juga menunjukkan bahwa ISO 31000: 2009 telah bertahan dari uji kelayakan oleh berbagai negara. Namun pada akhirnya, dalam memilih standar terbaik untuk diimplementasikan, keunikan pada kedua standar tersebut perlu dipertimbangkan dan disesuaikan dengan sasaran, karakteristik, dan regulasi yang berlaku pada organisasi. Dalam penerapannya, organisasi juga dapat mengadaptasi dan mengkombinasikan komponen-komponen tertentu pada kedua rujukan tersebut untuk membangun sistem manajemen risiko tersendiri yang efektif bagi organisasinya.

Daftar Pustaka
·         International Standard for Organization (ISO) 31000:2009 Risk Management – Principles and Guidelines.
·         COSO Enterprise Risk Management (ERM) – Integrated Framework (Executive Summary). Diunduh dari http://www.coso.org/publications/erm/coso_erm_executivesummary.pdf
·         10 Reasons not to Like the COSO ERM Framework. Norman Marks on Governance, Risk Management, and Audit. http://normanmarks.wordpress.com/2011/02/21/10-reasons-not-to-like-the-c...
·         Comparing the COSO ERM Framework with ISO31000. Linkedin Discussion (dimulai oleh Alex Dali, President at Global Institute for Risk Management Standards - G31000). Diunduh dari http://www.linkedin.com/groups/Comparing-COSO-ERM-Framework-ISO-1834592....

 

COBIT (Control Objectives for Information and Related Technology)


COBIT adalah sekumpulan dokumentasi best practices untuk IT Governance yang dapat membantu auditor, pengguna (user), dan manajemen, untuk menjembatani gap antara risiko bisnis, kebutuhan control dan masalah-masalah teknis IT (Sasongko, 2009). COBIT mendukung tata kelola TI dengan menyediakan kerangka kerja untuk mengatur keselarasan TI dengan bisnis. Selain itu, kerangka kerja juga memastikan bahwa TI memungkinkan bisnis, memaksimalkan keuntungan, resiko IT dikelola secara tepat, dan sumber daya TI digunakan secara bertanggung jawab (Tanuwijaya dan Sarno, 2010).

Frame Work COBIT
COBIT membagi tahapan pengelolaan IT ke dalam 4 domain yaitu Planning and Organisation, Acquisition & Implementation, Delivery & Support, dan  Monitoring and Evaluation (Bowen, Paul L, dkk, 2007; Naser Eslami, dkk, 2008; Sarno dan Anisah, 2010; Musa, Ahmad, 2009, Suryani, 2009).  

COBIT digunakan untuk membantu manajemen senior, pemilik proses bisnis, user, dan auditor dalam memahami dan mengelola resiko yang berhubungan dengan teknologi informasi dalam suatu kebijakan yang jelas.
COBIT juga mendukung pengelolaan dalam penataan teknologi informasi dengan menyediakan kerangka kerja untuk mengatur keselarasan teknologi informasi dengan bisnis.
Kerangka kerja tersebut juga berguna untuk menghasilkan keuntungan yang maksimal, resiko dikelola secara tepat, dan sumber daya digunakan secara bertanggungjawab.

COBIT mengelompokkan semua aktivitas bisnis yang terjadi dalam organisasi menjadi 34 proses yang terbagi ke dalam empat buah domain proses tersebut, meliputi:  
  • Planning & Organisation.
Domain ini menitikberatkan pada proses perencanaan dan penyelarasan strategi TI   dengan strategi perusahaan, mencakup masalah strategi, taktik dan identifikasi cara terbaik IT untuk memberikan kontribusi maksimal terhadap pencapaian tujuan bisnis organisasi. Domain ini mencakup:
1)      PO1–Menentukan Rencana Strategis
2)      PO2–Menentukan Arsitektur Informasi
3)      PO3–Menentukan arah teknologi
4)      PO4–Menentukan proses IT, organisasi dan hubungannya
5)      PO5–Mengelola Investasi IT
6)      PO6–Mengkomunikasikan Tujuan dan Arahan Managemen
7)      PO7–Mengelola Sumberdaya Manusia
8)      PO8–Mengelola Kualitas
9)      PO –Menilai dan Mengelola Resiko IT
10)    PO10–Mengelola Proyek

  • Acquisition & Implementation. 
Domain ini berkaitan dengan implementasi solusi IT dan integrasinya dalam proses bisnis organisasi, juga meliputi perubahan dan perawatan yang dibutuhkan sistem yang sedang berjalan untuk memastikan daur hidup sistem tersebut tetap terjaga. Domain ini meliputi:

11)    AI1–Mengidentifikasi solusi yang dapat diotomatisasi.
12)    AI2–Mendapatkan dan Memelihara Software Aplikasi.
13)    AI3–Mendapatkan dan Memelihara infrastuktur teknologi
14)    AI4–Mengaktifkan operasi dan penggunaan
15)    AI5–Menyediakan sumber daya IT.
16)    AI6–Mengelola perubahan
17)    AI7–Instalasi dan akreditasi solusi dan perubahan.

  • Delivery & Support.
 Domain ini mencakup proses pemenuhan layanan IT, keamanan sistem, kontinyuitas layanan, pelatihan dan pendidikan untuk pengguna, dan pemenuhan proses data yang sedang berjalan. Domain ini meliputi:
18)  DS1 – Menentukan dan mengelola tingkat layanan.
19)    DS2 – Mengelola layanan dari pihak ketiga
20)    DS3 – Mengelola performa dan kapasitas.
21)    DS4 – Menjamin layanan yang berkelanjutan
22)    DS5 – Menjamin keamanan sistem.
23)    DS6 – Mengidentifikasi dan mengalokasikan dana.
24)    DS7 – Mendidikan melatih pengguna
25)    DS8–Mengelola service desk dan insiden.
26)    DS9–Mengelola konfigurasi.
27)    DS10–Mengelola Permasalahan.
28)    DS11–Mengelola data
29)    DS1 –Mengelola lingkungan fisik
30)    DS13–Mengelola operasi.

  • Monitoring and Evaluation
Domain ini berfokus pada masalah kendali-kendali yang diterapkan dalam organisasi, pemeriksaan intern dan ekstern dan jaminan independent dari proses pemeriksaan yang dilakukan. Domain ini meliputi:
31)    ME1 – Mengawasi dan mengevaluasi performansi IT.
32)    ME2 – Mengevaluasi dan mengawasi kontrol internal
33)    ME3–Menjamin kesesuaian dengan kebutuhan eksternal.
34)    ME4–Menyediakan IT Governance.


Seluruh tahapan COBIT yang terbagi dalam 4 domain dan 34 proses (Cobit Framework) tersebut, ditunjukkan pada Gambar 1, sebagai berikut:

Gambar 1. Cobit Framework




(Sumber: IT Governance Institute, 2007)

COBIT Maturity Model
COBIT menyediakan parameter untuk penilaian setinggi dan sebaik apa pengelolaan IT pada suatu organisasi dengan menggunakan maturity models yang bisa digunakan untuk penilaian kesadaran pengelolaan (management awareness) dan tingkat kematangan (maturity level). COBIT mempunyai model kematangan (maturity models) untuk mengontrol proses-proses IT dengan menggunakan metode penilaian (scoring) sehingga suatu organisasi dapat menilai proses-proses IT yang dimilikinya dari skala nonexistent sampai dengan optimised (dari 0 sampai 5), yaitu: 0: Non Existen, 1: Initial, 2: Repetable, 3: Defined, 4: Managed dan 5: Optimized  (Purwanto dan Saufiah, 2010; Setiawan, 2008; Nurlina dan Cory, 2008).
Model kematangan (maturity models) tersebut  seperti terlihat dalam Gambar 2 berikut:

Gambar 2:  Maturity Model


(Sumber: IT Governance Institute, 2007)

COBIT Quickstart
COBIT Quickstart didasarkan pada pilihan tujuan proses dan kontrol COBIT 4.1. Hasilnya adalah versi sederhana yang mencakup seperangkat proses-proses dan praktek manajemen yang terbatas. Quickstart juga menyediakan versi sederhana dari Responsible, Accountable, Consulted dan Informed (RACI). Perusahaan dapat menggunakannya sebagai baseline tanpa modifikasi, atau menggunakannya sebagai titik awal untuk membangun praktik manajemen dan teknik pengukuran yang lebih rinci (IT Goverment Institute, 2007).
COBIT Quickstart baseline terdiri dari 32 proses, tujuan pengendalian, grafik RACI dan metrik kunci, disajikan dalam tampilan yang mudah dibaca, bahasa tabular dan non-teknis, untuk mendorong adopsi yang cepat dan mengurangi perdebatan dan diskusi. Karena dasar, Quickstart pada umumnya dianggap rasional untuk mengelola dan mengendalikan  secara minimum.

Referensi :
1.      Hapzi Ali, 2017, Modul Perkuliahan Sistem Informasi dan Pengendalian Internal, Membandingkan Kerangka Pengendalian Internal : 1. Coso Internal Control Integrated Framework, 2. COSO Enterprise Risk Management, 3. COBIT, Universitas Mercu Buana.


3.      Edy Haryanto, S. Pd., M.T. (2012) http://edyhr.guru-indonesia.net/artikel_detail-18622.html (diakses tanggal 18 Mei 2017)

4.      Ririh Sayekti (2017), http://ririhsayekti.blogspot.co.id/2017/05/si-pi-ririh-sayekti-hapzi-ali.html. (diakses 18 Mei 2017)








1 komentar: