Kamis, 18 Mei 2017

HUBUNGAN ATAU PENGARUH SISTEM INFORMASI PADA SUATU PERUSAHAAN TERHADAP PENGENDALI INTERNAL DALAM UPAYA MEWUJUDKAN GOOD CORPORATE MANAGEMENT

Berbagai pengalaman menunjukan banyaknya kasus kecurangan manajemen dalam menyajikan laporan keuangan seperti kasus window dressing yang dilakukan oleh Enron berupa tidak melaporkan kerugian anak perusahaan dalam laporan keuangan konsolidasi, menunda pembebanan pengeluaran yang seharusnya diakui sebagai biaya dan mencatat penghasilan yang belum pasti diperoleh.
Banyaknya kasus kecurangan tersebut mendorong dibentuknya komite yang diseponsori oleh lima organisasi yang dikenal sebagai The Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission (COSO). Komite ini bertugas merancang langkah-langkah yang diperlukan dalam menangkal penyelewengan dan kecurangan.
Hasil yang dicapai oleh COSO diantaranya adalah pengembangan kerangka pengendalian intern terintegrasi (COSO-Integrated Internal control Framework) yang mampu mengelola risiko-risiko bisnis.
Pengelolaan risiko (risk management) sejalan dengan perkembangan ilmu manajemen yang mengasumsikan kecenderungan semakin ketatnya persaingan. Bisnis yang dapat bertahan adalah bisnis yang mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan usaha yang dapat mempengaruhi posisi saing perusahaan. Ancaman terhadap posisi saing perusahaan baik yang muncul dari faktor-faktor lingkungan eksternal maupun faktor-faktor lingkungan internal merupakan risiko yang dihadapi oleh setiap perusahaan. Kemampuan untuk memperoleh laba dan kemampuan untuk bertahan suatu perusahaan sangat ditentukan oleh kualitas dalam pengelolaan risiko tersebut.
Perancangan dan implementasi Sistem Internal Control Berbasis COSO yang mampu mengelola risiko-risiko bisnis secara terintegrasi pada dasarnya merupakan bagian dari upaya seluruh komponen perusahaan di bawah komando Dewan Direksi dalam mengelola perusahaan (corporate governance), atau dengan kata lain pengelolaan perusahaan yang baik (good corporate governance) sangat dipengaruhi oleh apakah system pengendalian intern yang dirancang telah mampu mengelola risiko-risiko bisnis secara memadai.

GCG memberikan norma-norma dasar yang dapat dikembangkan kemudian oleh masing-masing perusahaan yang harus dipatuhi oleh manajemen dalam mengelola perusahaan.
ERM sendiri merupakan risiko yang harus dihadapi dan dikelola oleh manajemen dalam menjalankan kegiatan usaha, sedangkan Sistem Internal Control Berbasis COSO merupakan alat untuk memastikan kualitas manajemen risiko dan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip GCG

A.    Definisi Good Corporate Governance (GCG)
Good Corporate Governance merupakan:
1.      Suatu struktur yang mengatur pola hubungan harmonis tentang peran dewan komisaris, Direksi, Pemegang Saham dan Para Stakeholder lainnya.
2.      Suatu sistem pengecekan dan perimbangan kewenangan atas pengendalian perusahaan yang dapat membatasi munculnya dua peluang: pengelolaan yang salah dan penyalahgunaan aset perusahaan.
3.      Suatu proses yang transparan atas penentuan tujuan perusahaan, pencapaian, berikut pengukuran kinerjanya.




 B.     Arti penting Good Corporate Governance (GCG)
GCG diperlukan untuk mendorong terciptanya pasar yang efisien, transparan dan konsisten dengan peraturan perundang-undangan. Penerapan GCG perlu didukung oleh tiga pilar yang saling berhubungan, yaitu negara dan perangkatnya sebagai regulator, dunia usaha sebagai pelaku pasar, dan masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha.

Prinsip dasar yang harus dilaksanakan oleh masing-masing pilar adalah:
1.      Negara dan perangkatnya menciptakan peraturan perundang-undangan yang menunjang iklim usaha yang sehat, efisien dan transparan, melaksanakan peraturan perundang-undangan dan penegakan hukum secara konsisten (consistent law enforcement) .
2.      Dunia usaha sebagai pelaku pasar menerapkan GCG sebagai pedoman dasar pelaksanaan usaha.
3.      Masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan perusahaan, menunjukkan kepedulian dan melakukan kontrol sosial (social control) secara obyektif dan bertanggung jawab.

C.    Prinsip-prinsip dalam  Good Corporate Governance (GCG)
Dalam mewujudkan transparansi ini sendiri, perusahaan harus menyediakan informasi yang cukup, akurat, dan tepat waktu kepada berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan tersebut. Setiap perusahaan, diharapkan pula dapat mempublikasikan informasi keuangan serta informasi lainnya yang material dan berdampak signifikan pada kinerja perusahaan secara akurat dan tepat waktu. Selain itu, para investor harus dapat mengakses informasi penting perusahaan secara mudah pada saat diperlukan.
Prinsip GCG tersebut adalah :
a. Transparansi (Transparency)
b. Kemandirian (Independency)
c. Akuntabilitas (Accountability)
d. Pertanggungjawaban (Responsibility)
e. Keadilan/Kewajaran (Fairness)


D. Tujuan Penerapan Good Corporate Governance
Penerapan sistim GCG diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) melalui beberapa tujuan berikut:
1.  Meningkatkan efisiensi, efektifitas, dan kesinambungan suatu organisasi yang memberikan kontribusi kepada terciptanya kesejahteraan pemegang saham, pegawai dan stakeholders lainnya dan merupakan solusi yang elegan dalam menghadapi tantangan organisasi kedepan
2.  Meningkatkan legitimasi organisasi yang dikelola dengan terbuka, adil, dan dapat dipertanggungjawabkan
3.  Mengakui dan melindungi hak dan kewajiban para share holders dan stakeholders.

 E. Manfaat dan Faktor Penerapan GCG
Seberapa jauh perusahaan memperhatikan prinsip-prinsip dasar GCG telah semakin menjadi faktor penting dalam pengambilan keputusan investasi.  Terutama sekali hubungan antara praktik corporate governance dengan karakter investasi internasional saat ini.  Karakter investasi ini ditandai dengan terbukanya peluang bagi perusahaan mengakses dana melalui ‘pool of investors’ di seluruh dunia. Suatu perusahaan dan atau negara yang ingin menuai manfaat dari pasar modal global, dan jika kita ingin menarik modal jangka panjang yang, maka penerapan GCG secara konsisten dan efektif akan mendukung ke arah itu.  Bahkan jikapun perusahaan tidak bergantung pada sumber daya dan modal asing, penerapan prinsip dan praktik GCG akan dapat meningkatkan keyakinan investor domestik terhadap perusahaan.

Di samping hal-hal tersebut di atas, GCG juga dapat:
1.      Mengurangi agency cost, yaitu suatu biaya yang harus ditanggung pemegang saham sebagai akibat pendelegasian wewenang kepada pihak manajemen. Biaya-biaya ini dapat berupa kerugian yang diderita perusahaan sebagai akibat penyalahgunaan wewenang (wrong-doing), ataupun berupa biaya pengawasan yang timbul untuk mencegah terjadinya hal tersebut.
2.      Mengurangi biaya modal (cost of capital), yaitu sebagai dampak dari pengelolaan perusahaan yang baik tadi menyebabkan tingkat bunga atas dana atau sumber daya yang dipinjam oleh perusahaan semakin kecil seiring dengan turunnya tingkat resiko perusahaan.
3.      Meningkatkan nilai saham perusahaan sekaligus dapat meningkatkan citra perusahaan tersebut kepada publik luas dalam jangka panjang.
4.      Menciptakan dukungan para stakeholder (para pihak yang berkepentingan) dalam lingkungan perusahaan tersebut terhadap keberadaan dan berbagai strategi dan kebijakan yang ditempuh perusahaan, karena umumnya mereka mendapat jaminan bahwa mereka juga mendapat manfaat maksimal dari segala tindakan dan operasi perusahaan dalam menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan.





Sistem Informasi & Pengendalian Internal di perusahaan 
1.      Kerentanan dan penyalahgunaan Sistem Informasi & Pengendalian Internal di perusahaan di PT. XXX
    1. Penggunaan jaringan / komputer di luar kendali perusahaan
    2. Masalah hardware (kerusakan, kesalahan konfigurasi, kerusakan dari penggunaan yang tidak benar atau kejahatan)
    3. Masalah software (kesalahan pemrograman, kesalahan instalasi, perubahan tidak sah)
    4. Jaringan terbuka bagi siapa saja
    5. Ukuran Internet berarti pelanggaran dapat memiliki dampak yang luas

2. Kerangka kerja untuk pengamanan dan pengendalian internal di PT XXX
A. Pengendalian Sistem Informasi
Kontrol sistem informasi yang baik manual dan otomatis dan terdiri dari kedua kontrol umum dan pengendalian aplikasi. Kontrol umum mengatur desain, keamanan, dan penggunaan program komputer dan keamanan file data secara umum seluruh infrastruktur teknologi informasi organisasi. Secara keseluruhan, kontrol umum berlaku untuk semua aplikasi komputerisasi dan terdiri dari kombinasi hardware, software, dan prosedur manual yang menciptakan lingkungan kontrol secara keseluruhan. Kontrol umum mencakup kontrol perangkat lunak, kontrol fisik perangkat keras, kontrol operasi komputer, kontrol keamanan data, kontrol atas pelaksanaan proses sistem, dan kontrol administratif. Kontrol aplikasi yaitu kontrol khusus yang unik untuk masing-masing aplikasi terkomputerisasi, seperti gaji atau perintah pengolahan. Mereka mencakup prosedur otomatis dan manual yang memastikan bahwa data hanya berwenang yang lengkap dan akurat diproses oleh aplikasi tersebut. Kontrol aplikasi dapat diklasifikasikan sebagai (1) kontrol input, (2) kontrol pengolahan, dan (3) kontrol output.
B. Perkiraan Resiko
Sebuah penilaian risiko menentukan tingkat risiko ke perusahaan jika kegiatan atau proses tertentu tidak terkontrol dengan baik. Tidak semua risiko bisa diantisipasi dan diukur, tetapi sebagian besar bisnis akan dapat memperoleh beberapa pemahaman tentang risiko yang mereka hadapi. Manajer bisnis bekerja dengan spesialis sistem informasi harus mencoba untuk menentukan nilai aset informasi, poin kerentanan, frekuensi kemungkinan masalah, dan potensi kerusakan.
C. Kebijakan Keamanan
Setelah Anda mengidentifikasi risiko utama untuk sistem Anda, perusahaan Anda akan perlu untuk mengembangkan kebijakan keamanan untuk melindungi aset perusahaan. Sebuah kebijakan keamanan terdiri dari laporan peringkat risiko informasi, mengidentifikasi tujuan keamanan diterima, dan mengidentifikasi mekanisme untuk mencapai tujuan-tujuan ini. Manajemen harus memperkirakan berapa banyak biaya untuk mencapai tingkat risiko yang dapat diterima.
D. Perencanaan Pemulihan Bencana dan Perencanaan Kontinuitas Usaha
Jika kita menjalankan bisnis, kita perlu merencanakan untuk acara, seperti listrik padam, banjir, gempa bumi, atau serangan teroris yang akan mencegah sistem informasi anda dan bisnis Anda dari operasi. Perangkat perencanaan pemulihan bencana berencana untuk pemulihan komputasi dan komunikasi jasa setelah mereka terganggu. Rencana pemulihan bencana fokus terutama pada masalah teknis yang terlibat dalam menjaga sistem dan berjalan, seperti yang file membuat cadangan dan pemeliharaan sistem komputer cadangan atau layanan pemulihan bencana.
E. Peran Audit
Audit MIS(Management Information System) meneliti lingkungan keamanan secara keseluruhan perusahaan serta kontrol yang mengatur sistem informasi individu. Auditor harus melacak aliran transaksi sampel melalui sistem dan melakukan tes, menggunakan, jika sesuai, perangkat lunak audit otomatis. Audit MIS juga dapat memeriksa kualitas data.

Referensi:
1.       Modul SI PI, Membandingkan kerangka pengendalian internal, Hapzi Ali, 2015.pdf
3.       Intan, 2010, https://diaryintan.wordpress.com/2010/11/15/good-corporate-governance-gcg-2/ Diakses pada 18 Mei 2017
4.     Nugraha, Fazril Azi 2017,  Si-pi, fazril azi nugraha, prof. hapzi ali, implementasi sistem informasi manajemen pada pt hwm, universitas mercubuana, 2017


1 komentar: