Minggu, 28 Mei 2017

SIKLUS PROSES BISNIS REVIEW ATAS PROSES BISNIS UTAMA DALAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR


Proses Bisnis
Proses bisnis merupakan sebuah sistem yang  bekerja untuk mencapai tujuan organisasi.
Siklus proses bisnis meliputi :
1.       Siklus Pendapatan
Siklus pendapatan adalah proses bisnis yang berkaitan dengan penyediaan barang dan jasa ke pelanggan untuk kemudian menagih penjualan tersebut sehngga menghasilkan pendapatan. Pada siklus pendapatan sendiri terdapat 4 dasar bisnis yaitu :
a)      Memasukkan pesanan penjualan (sales order entry)
Kenapa hal ini menjadi dasar ? karena proses penjualan pastilah diawali dengan adanya pesanan dari pelanggan. Dalam tahap ini ada 3 hal yang harus kita pastikan yaitu mengambil pesanan penjualan, memeriksadan lalu menyetujui kredit penjualan tersebut (hanya jika penjualan secara kredit), dan memeriksa ketersediaan barang yang akan dipesan. Bagian yang terkait yaitu bagian penjualan.
b)      Mengirim Pesanan (Shipping)
Setelah kita menerima pesanan dan juga memastikan bahwa barang yang dipesan memang ada maka selanjutnya kita harus mengirim pesanan tersebut. Di sini ada 2 tahap yaitu mengepak barang yang akan dikirim dan mengirimnya bersama surat jalan (dokumen pengiriman). Bagian yang terkait yaitu bagian gudang dan bagian pengiriman.
c)       Penagihan dan piutang usaha (billing and accounts receivable)
Dasar yang ketiga disini tentunya hanya berlaku bagi penjualan yang bersifat kredit. Dimana bagian kredit melakukan penagihan ke para pelanggan dengan membuat faktur penjualan. Selain melakukan penagihan tentu saja harus memelihara data-data piutang usaha yang dimiliki oleh organisasi atau perusahaan tersebut.
d)      Menerima pembayaran  / kas (cash collection)
Yang terakhir tentu saja setelah melakukan penagihan maka bagian kasir akan menerima pembayaran baik dari penjualan kredit maupun penjualan tunai.

Senin, 22 Mei 2017

MEMBANDINGKAN KERANGKA PENGENDALIAN INTERNAL (COSO & COBIT)


COSO ERM – Integrated Framework 2004

Pada tahun 2001, COSO bekerjasama dengan Pricewaterhouse Coopers memulai proyek untuk mengembangkan sebuah kerangka kerja manajemen risiko yang dapat digunakan untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas ERM. Kerjasama ini membuahkan hasil pada tahun 2004 dengan dirilisnya COSO ERM – Integrated Framework, yang mendefinisikan manajemen risiko sebagai: 

“Proses yang dipengaruhi oleh Board of Directors, manajemen, dan personil lain dalam entitas, diaplikasikan pada pembentukan strategi dan pada seluruh bagian perusahaan, dirancang untuk mengidentifikasi kejadian potensial yang dapat mempengaruhi entitas, dan mengelola risiko selaras dengan risk appetite entitas, untuk menyediakan jaminan yang wajar terhadap pencapaian sasaran dari entitas.” 
Dalam kerangka manajemen risikonya, COSO ERM menuntut perusahaan untuk dapat menentukan terlebih dahulu sasaran perusahaannya, yang terdiri dari empat kategori yaitu:
1.      Strategis: sasaran yang mendukung dan selaras dengan misi perusahaan.
2.      Operasi: efektivitas dan efisiensi dari penggunaan sumber daya perusahaan.
3.      Pelaporan: keterpercayaan dari pelaporan.
4.      Pemenuhan: pemenuhan terhadap hukum dan regulasi yang berlaku.

SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL DAN CONTOH IMPLEMENTASINYA

TIGA POINTER DALAM SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL

1)             Pengendalian preventif, detektif dan korektif.
Dalam kegiatan pengendalian, terdapat 3 tipe pengendalian, yaitu preventiv, detektif dan korektif. Perbandingan antara ketiga tipe tersebut adalah sebagai berikut:
Pengendalian Preventif
Yaitu kegiatan pengendalian yang dilakukan untuk mencegah terjadinya suatu permasalahan (error condition) dari suatu proses bisnis, atau dengan kata lain pengendalian yang dilakukan sebelum masalah timbul. Kegiatan pengendalian ini relatif murah jika dibandingkan kedua tipe pengendalian lainnya.
Contoh pengendalian preventif:
1.            Dibuatnya standar operasional prosedur untuk suatu kegiatan entitas;
2.            Dibuatnya pemisahan fungsi dalam suatu entitas;
3.            Dibuatnya rentang otorisasi dalam suatu entitas.

Kamis, 18 Mei 2017

HUBUNGAN ATAU PENGARUH SISTEM INFORMASI PADA SUATU PERUSAHAAN TERHADAP PENGENDALI INTERNAL DALAM UPAYA MEWUJUDKAN GOOD CORPORATE MANAGEMENT

Berbagai pengalaman menunjukan banyaknya kasus kecurangan manajemen dalam menyajikan laporan keuangan seperti kasus window dressing yang dilakukan oleh Enron berupa tidak melaporkan kerugian anak perusahaan dalam laporan keuangan konsolidasi, menunda pembebanan pengeluaran yang seharusnya diakui sebagai biaya dan mencatat penghasilan yang belum pasti diperoleh.
Banyaknya kasus kecurangan tersebut mendorong dibentuknya komite yang diseponsori oleh lima organisasi yang dikenal sebagai The Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission (COSO). Komite ini bertugas merancang langkah-langkah yang diperlukan dalam menangkal penyelewengan dan kecurangan.
Hasil yang dicapai oleh COSO diantaranya adalah pengembangan kerangka pengendalian intern terintegrasi (COSO-Integrated Internal control Framework) yang mampu mengelola risiko-risiko bisnis.
Pengelolaan risiko (risk management) sejalan dengan perkembangan ilmu manajemen yang mengasumsikan kecenderungan semakin ketatnya persaingan. Bisnis yang dapat bertahan adalah bisnis yang mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan usaha yang dapat mempengaruhi posisi saing perusahaan. Ancaman terhadap posisi saing perusahaan baik yang muncul dari faktor-faktor lingkungan eksternal maupun faktor-faktor lingkungan internal merupakan risiko yang dihadapi oleh setiap perusahaan. Kemampuan untuk memperoleh laba dan kemampuan untuk bertahan suatu perusahaan sangat ditentukan oleh kualitas dalam pengelolaan risiko tersebut.
Perancangan dan implementasi Sistem Internal Control Berbasis COSO yang mampu mengelola risiko-risiko bisnis secara terintegrasi pada dasarnya merupakan bagian dari upaya seluruh komponen perusahaan di bawah komando Dewan Direksi dalam mengelola perusahaan (corporate governance), atau dengan kata lain pengelolaan perusahaan yang baik (good corporate governance) sangat dipengaruhi oleh apakah system pengendalian intern yang dirancang telah mampu mengelola risiko-risiko bisnis secara memadai.

GCG memberikan norma-norma dasar yang dapat dikembangkan kemudian oleh masing-masing perusahaan yang harus dipatuhi oleh manajemen dalam mengelola perusahaan.
ERM sendiri merupakan risiko yang harus dihadapi dan dikelola oleh manajemen dalam menjalankan kegiatan usaha, sedangkan Sistem Internal Control Berbasis COSO merupakan alat untuk memastikan kualitas manajemen risiko dan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip GCG

A.    Definisi Good Corporate Governance (GCG)
Good Corporate Governance merupakan:
1.      Suatu struktur yang mengatur pola hubungan harmonis tentang peran dewan komisaris, Direksi, Pemegang Saham dan Para Stakeholder lainnya.
2.      Suatu sistem pengecekan dan perimbangan kewenangan atas pengendalian perusahaan yang dapat membatasi munculnya dua peluang: pengelolaan yang salah dan penyalahgunaan aset perusahaan.
3.      Suatu proses yang transparan atas penentuan tujuan perusahaan, pencapaian, berikut pengukuran kinerjanya.

Rabu, 17 Mei 2017

TUGAS UTS


SISTEM INFORMASI DAN PENGENDALIAN INTERNAL



PENGENDALIAN INTERNAL
LAPORAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN
PADA PT MAKSI PAGI (ILUSTRASI)